JAKARTA - Hujan ekstrem yang mengguyur Pulau Bali sejak Selasa malam memicu banjir besar dan tanah longsor di beberapa titik. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, hingga Kamis, terdapat lebih dari 120 titik banjir yang tersebar di tujuh kabupaten dan kota di Pulau Dewata. Fenomena cuaca ekstrem ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat terkait aktivitas transportasi, khususnya penyeberangan di Selat Bali yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali.
Kondisi darurat ini menuntut kesiapan seluruh pihak, mulai dari pemerintah daerah hingga operator transportasi, agar mobilitas masyarakat tetap aman dan distribusi logistik tidak terganggu.
Operasional Penyeberangan Tetap Normal
Corporate Secretary ASDP, Shelvy Arifin, menegaskan bahwa operasional pelabuhan Ketapang (Banyuwangi)–Gilimanuk (Jembrana) tetap berjalan normal meskipun sebagian wilayah Bali terdampak banjir. “Operasional pelabuhan Ketapang–Gilimanuk berjalan normal,” ujar Shelvy.
Ia menambahkan, berdasarkan laporan BMKG, kondisi cuaca di sekitar pelabuhan terpantau cerah. Angin selatan tercatat 14 knot, gelombang 0,4 meter, arus selatan 90 cm/s, dan jarak pandang mencapai 10 km. Kondisi ini menjamin keamanan dan kelancaran aktivitas penyeberangan di jalur strategis tersebut.
Situasi Pelabuhan dan Antrean Penumpang
Pernyataan Shelvy sekaligus menepis kekhawatiran masyarakat yang sempat meragukan kelancaran transportasi laut akibat cuaca ekstrem. Ia menegaskan, situasi pelabuhan terpantau lancar, nihil antrean, dan tidak ada penerapan sistem buka-tutup. Dengan kondisi ini, kendaraan roda dua maupun roda empat dapat tetap melintas tanpa hambatan.
Pelabuhan Gilimanuk Bali, yang merupakan pelabuhan khusus penyeberangan tersibuk kedua setelah Merak-Bakauheni, memiliki peran penting dalam menjaga konektivitas Jawa-Bali. Jalur ini tidak hanya vital untuk mobilitas masyarakat, tetapi juga menjadi jalur utama distribusi barang dan logistik setiap hari.
Distribusi Logistik Tetap Terjaga
Meski sebagian wilayah Bali dilanda banjir dan longsor, distribusi logistik di jalur Ketapang–Gilimanuk tetap berjalan lancar. Aktivitas transportasi barang dan kendaraan pribadi tidak terpengaruh oleh bencana alam, sehingga pasokan kebutuhan pokok dan layanan masyarakat tetap terjaga.
Keamanan jalur ini menjadi perhatian utama pemerintah dan operator transportasi, mengingat perannya yang strategis dalam konektivitas antar pulau. Pengawasan terus dilakukan untuk memastikan tidak terjadi gangguan selama operasional penyeberangan berlangsung.
Antisipasi dan Kesiapan Operator
Operator pelabuhan juga telah menyiapkan langkah-langkah antisipatif untuk mengantisipasi potensi gangguan. Koordinasi dengan pihak BMKG dan pihak terkait dilakukan secara rutin untuk memastikan informasi cuaca terbaru dapat segera ditindaklanjuti.
Dengan kesiapan ini, masyarakat dapat merasa tenang saat menggunakan layanan penyeberangan Ketapang–Gilimanuk. Keamanan dan kelancaran jalur ini menjadi prioritas utama, terutama di tengah cuaca ekstrem yang melanda Pulau Bali.
Peran Vital Jalur Ketapang–Gilimanuk
Jalur Ketapang–Gilimanuk bukan hanya menjadi penghubung antar pulau, tetapi juga jalur vital bagi kegiatan ekonomi dan sosial. Kendaraan pribadi, angkutan umum, dan truk logistik memanfaatkan rute ini setiap hari. Ketersediaan jalur yang aman dan operasional yang lancar menjadi faktor kunci dalam mendukung mobilitas dan distribusi barang di wilayah Jawa-Bali.
Situasi yang aman di pelabuhan ini juga mencerminkan kesiapsiagaan pemerintah dan operator dalam menghadapi bencana. Langkah proaktif ini membantu meminimalisir dampak negatif terhadap masyarakat dan perekonomian lokal.
Mobilitas Tetap Aman
Meski banjir dan longsor melanda sejumlah wilayah di Bali, operasional penyeberangan Ketapang–Gilimanuk tetap aman dan lancar. Keberhasilan menjaga jalur vital ini menunjukkan pentingnya koordinasi antara pemerintah, operator pelabuhan, dan pihak terkait dalam menghadapi situasi darurat.
Masyarakat dapat melanjutkan mobilitasnya tanpa hambatan, sementara distribusi logistik tetap terjaga. Kondisi ini menjadi contoh kesiapsiagaan dan profesionalisme dalam menjaga layanan transportasi publik dan jalur strategis di tengah cuaca ekstrem.
Ke depan, langkah antisipatif dan pemantauan kondisi cuaca secara berkala akan terus dilakukan untuk memastikan penyeberangan Ketapang–Gilimanuk tetap aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jasa.